Selasa, 15 Agustus 2017

Penolakan Full Day School karena Menyita Waktu Belajar Siswa

JAKARTA - Kritik disampaikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) atas kebijakan penyelenggaraan sekolah lima hari atau full day school (FDS) yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Bahkan, Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, menyebut kebijakan ini sangat tidak masuk akal dan lebih buruk dari pemerintahan penjajah Belanda tempo dulu. 

"Belanda saja, kalau mengambil kebijakan, dianalisis dulu jangan sampai kebijakan itu tidak produktif bagi apa yang menjadi tujuan mereka," ujar pria yang akrab disapa cak Imin saat membuka Halaqah Kebangsaan 'Peran Strategis Madrasah Diniyah Dalam Membangun Karakter Bangsa' di Jakarta, Senin (7/8/2017).

Cak Imin kembali menegaskan bahwa penolakan atas FDS karena sistem sekolah hingga sore hari ini menyita waktu belajar siswa, khususnya di sekolah pesantren maupun madrasah diniyah yang selama ini telah menjalankan pendidikan tambahan. Dia juga berpandangan dengan sistemnya tersebut, anak didik yang mengenyam pendidikan terbentuk karakter kebangsaannya. 

"Pemerintah seharusnya mensupport, memodernisasi, memodifikasi, yang sebaik-baiknya kepada guru diniyah kita," tutur Cak Imin.

Meski demikian, mantan menteri tenaga kerja dan transmigrasi ini meyakini ada itikad baik pemerintah untuk mencapai Nawacita yang telah digagas Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bahwa pembentukan karakter bangsa harus dilakukan salah satunya melalui pendidikan.

"Tetapi kalau kebijakan dan strateginya salah dalam memilih dan memilah kemampuan, potensi, sumber daya yang justru mengakar di masyarakat akan sangat berdampak kepada apa yang menjadi tujuan niat baik," tukasnya. (kri)

Sumber:

***

"Menurut pendapat saya dan berita-berita fakta yang tersebar dari berbagai media, full day school (FDS) yang sedang diterapkan ini menimbulkan lebih banyak keluhan dibandingkan dukungan dari masyarakat Indonesia. Jam sekolah yang panjang lalu ditambah berbagai kegiatan di luar sekolah sangat menguras tenaga dan pikiran para siswa. Saya setuju bila hal ini diterapkan hanya untuk siswa SMA, SMK, dan MA saja, sebab mereka sudah cukup kuat untuk menerima beban pelajaran yang berat. Tetapi lain halnya dengan siswa SD dan SMP yang dunia mereka masih dalam cakupan ‘dunia bermain’. Mereka masih belum dewasa untuk diberikan pengertian tentang hal-hal positif dari adanya FDS, salah satunya untuk pembentukan karakter bangsa. Saya pikir pembentukan karakter ini sebenarnya lebih ditujukan untuk mengurangi kenakalan remaja, salah satunya tawuran antarpelajar. Namun bila ditelaah kembali, tujuan ini tidak akan mengena bila pada dasarnya siswa tersebut adalah siswa baik-baik, tanpa perlu diberlakukannya sistem FDS. Lalu, karena sistem FDS sudah mulai diterapkan, sudah selayaknya para guru pun ikut mengubah sistem mengajar mereka. Siswa yang sudah kelelahan parah setelah menjalani FDS, mengeluhkan banyaknya PR yang diberikan oleh guru setiap hari. Ini yang menurut  saya menjadi permasalahan penting. Guru juga tidak mau menerima alasan siswanya tidak mengerjakan PR hanya karena faktor kelelahan. Sebuah peringatan besar bagi guru yang ikut andil meningkatkan potensi stres siswanya. Guru harus diberi pengertian bahwa terlalu membebani siswa dengan menumpuknya pelajaran di luar sekolah hanya akan memundurkan kecerdasan siswa tersebut. Guru harus menciptakan metode mengajar sendiri agar siswa tidak terlalu terbebani meskipun sedang menjalani FDS, misalnya sesekali mengganti PR dengan kuis yang dikerjakan setelah matapelajaran selesai. Mengubah sistem belajar-mengajar di kelas menjadi lebih efektif, efisien, dan menyenangkan adalah kewajiban guru, sebab guru adalah kunci lahirnya generasi bangsa yang cerdas dan berbudi pekerti luhur. Begitu pun dengan pemerintah, selayaknya merancang sistem pendidikan yang lebih produktif, masuk akal, dan diterima oleh masyarakat Indonesia."

Unknown

Reviewer

Bermula dari reader dan listener, berlanjut menjadi reviewer. Sedang proses menjadi editor, dan tinggal menunggu kesempatan menjadi author.

0 komentar:

Posting Komentar

 
biz.